Berbicara
soal kebun raya, kebanyakan masyarakat awam masih terbesit dengan pemikiran
bahwa kebun raya hanyalah tempat rekreasi dan hiburan semata. Padahal dibalik
hadirnya sebuah kebun raya, tersirat akan suatu perubahan yang besar bagi
negara ini khususnya dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia, yang
semakin hari terus berkurang. Mengacu pada Perpres No. 93 Tahun 2011 tentang
Kebun Raya, fungsi kebun raya meliputi hal, yaitu: konservasi, penelitian,
pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Guna memberikan pengetahuan dan
wawasan mengenai perkebunrayaan, berbagai kegiatan dan aksi promosi gencar
dilakukan oleh tim Pengembangan Kawasan Konservasi Tumbuhan Ex Situ (PK2TE) Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya – LIPI baik di dalam negeri mupun luar negeri.
Pohon Jodoh (Ficus dan shorea), koleksi Kebun Raya Bogor (1866)
Salah satu view di Grand Caffe Kebun Raya Bogor
Salah satu koleksi tumbuhan air KRB (Nymphaea lotus L. var rubra)
Kebun Raya Cibodas, Cianjur - Jawa Barat
Hampir
dua dekade, program Pembangunan Kebun Raya terus digalakkan, yang saat itu
dimulai pada tahun 1999 dengan di bangunnya Kebun Raya Daerah pertama kali
yaitu di Bukit Sari, Jambi. Mulai tahun 2010, program pembangunan Kebun Raya
Daerah menjadi unggulan yang tertuang dalam Rencana pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Ke-2 tahun 2010 – 2014
dengan nama program Priorotas Nasional 9 (PN 9) Bidang Lingkungan Hidup
dan Pengelolaan Bencana. Tahun 2013, pengembangan kawasan konservasi ex situ dalam bentuk Kebun Raya Daerah
semakin meningkat, terlebih dengan adanya program New Initiative yang mendukung percepatan pembangunan kebun raya di
daerah-daerah. Pada RPJMN Ke-3 tahun 2015 – 2019, pembangunan Kebun Raya Daerah
kembali menjadi program unggulan nasional Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Masuknya pembangunan kebun raya ke dalam Agenda Nasional memiliki
nilai strategis, yaitu: (a) membantu merealisasikan komitmen pemerintah dalam
upaya menurunkan emisi karbon sebesar 26%, (b) mewujudkan pencapaian
target-target CBD dan turunannya, (c) mengkonservasi dan mendayagunakan
tumbuhan lokal berpotensi, (d) membantu program penyediaan biji untuk program
rehabilitasi nasional, (e) menyediakan laboratorium alam untuk tujuan
penelitian, pendidikan (life science
education) dan wisata.
Hingga
November 2015, permintaan pembangunan kebun raya di daerah terus meningkat.
Menurut Laporan Bidang PK2TE PKT Kebun Raya – LIPI, di Indonesia saat ini sudah
ada 27 kebun raya yang tersebar di 20 provinsi (22 Kebun Raya Daerah dan 5 kebun raya yang dikelola oleh LIPI). Selain
kebun raya yang sedang dalam tahap pengembangan, 9 kebun raya sedang dalam
tahap inisiasi diantaranya: Sampit Kotawaringin Timur, Belitung Timur,
Boyolali, Universitas Halu Oleo, PT Matahari Kahuripan, Gorontalo, Jembrana,
Way Kanan, dan Papua.
Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cq. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya,
secara berkala melakukan pengawasan dan pembinaan teknis terhadap pembangunan
dan pengelolaan kebun raya di daerah – daerah. Selain itu PKT Kebun Raya – LIPI
juga membantu inventarisasi kenakeragaman tumbuhan yang ada di setiap kebun
raya. Target tahun 2025, di Indonesia minimal sudah terdapat 47 kebun raya. Jumlah
tersebut didasarkan pada konsep terrestrial
ecoregion yang mana di Indonesia terdapat 47 ekoregion, dimana setiap
ekoregion memiliki karakter jenis dan tipe ekosistem yang khas.
Keanekaragaman
hayati Indonesia yang sampai detik ini masih menghadapi berbagai ancaman yang
berupa kerusakan hutan dan ekosistemnya. Terlebih pada Juli – September 2015
banyak terjadi kebakaran hutan yang mengakibatkan luasan hutan Indonesia
berkurang drastis. Solusi logis untuk memperbaiki kerusakan dan melestraikan
keanekaragaman Indonesia adalah dengan hadirnya kebun raya di setiap daerah. Dalam
Agenda 21 Indonesia Bab 16 tentang konservasi keanekaragaman hayati, secara
jelas dinyatakan bahwa untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati
Indonesia perlu dibangun kebun botani (kebun raya) di setiap provinsi dan
mengembangkan kemampuannya untuk berfungsi sebagai sarana pelestarian ex situ (KNLH, 1996).
Pentingnya
pembangunan dan pemeliharaan fasilitas konservasi keanekaragaman hayati secara ex situ pada tingkat internasional dinyatakan
di dalam Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati atau Convention on
Biological Diversity (CBD) tahun 1992 pasal 9 point b. Sebagai salah satu
negara yang meratifikasi CBD, Indonesia mempunyai kewajiban untuk ikut berperan
mewujudkan target-target CBD dan juga turunannya (termasuk Global Strategy for Plant Conservation-GSPC) yang telah disepakati,
seperti pengembangan model-model atau protokol-protokol konservasi dan
pemanfaatannya secara berkelanjutan, mengusahakan 75% jenis-jenis tumbuhan yang
terancam kepunahan terdapat di kawasan konservasi ex situ yang mudah diakses dimana 20% diantaranya siap untuk
digunakan dalam program-program pemulihan dan restorasi.
Antusias
dan komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan kebun raya, ditunjukkan dengan telah
dilakukannya launching (peresmian)
kebun raya. Dua kebun raya telah dilaunching,
yaitu KR Massenrempulu Enrekang-Sulawesi Selatan pada tahun 2013 dan KR
Balikpapan-Kalimantan Timur pada 20 Agustus 2014. Tahun 2015, dua kebun raya
siap dilaunching kembali, yaitu KR
Kuningan – Jawa Barat yang renacan akan dilaksanakan pada 25 November 2015 dan
KR Baturraden – Jawa tengah yang akan dilaksanakn pada pertengahan Desember
2015.
Kebun Raya Baturraden, Jawa tengah
Daftar kebun Raya di Indonesia
Provinsi
|
No.
|
Kebun Raya
|
Luas (ha)
|
Tema
|
Ekoregion
|
Sumatera
Utara
|
1.
|
KR Samosir
|
100
|
Tumbuhan
dataran tinggi Sumatera Utara
|
Hutan
tropis pinus Sumatera
|
Riau
|
2.
|
KR
Pelalawan
|
100
|
Hutan rawa
gambut Sumatera
|
|
Kepulauan
Riau
|
3.
|
KR Batam
|
86
|
Tumbuhan
pulau-pulau kecil Indonesia
|
Hutan
hujan Kepulauan Riau
|
Sumatera
Barat
|
4.
|
KR Solok
|
112,6
|
Tumbuhan
Rempah Indonesia
|
Hutan
hujan pegunungan Sumatera
|
Kepulauan
Bangka Belitung
|
5.
|
KR
Belitung Timur
|
|||
Jambi
|
6.
|
KR Bukit
Sari Jambi
|
425
|
Tumbuhan dataran
rendah Sumatera
|
Hutan
hujan pamah Sumatera
|
Sumatera
Selatan
|
7.
|
KR
Sumatera Selatan
|
100
|
Tumbuhan
obat dan lahan basah Sumatera
|
Hutan rawa
gambut Sumatera
|
Lampung
|
8.
|
KR Liwa
|
116
|
Tumbuhan
hias Indonesia
|
Hutan
hujan pegunungan Sumatera
|
Jawa Barat
|
9.
|
KR Bogor
|
87
|
Tumbuhan
dataran rendah beriklimbasah
|
Hutan
hujan tropis dataran rendah
|
10.
|
KR
Cibinong
|
309
|
Tumbuhan
Indonesia berdasarkan bioregion
|
Hutan
hujan tropis dataran rendah
|
|
11.
|
KR Cibodas
|
84,99
|
Tumbuhan
dataran tinggi kawasan Indonesia bagian Barat
|
Hutan
hujan tropis dataran tinggi
|
|
12.
|
KR
Kuningan
|
172
|
Tumbuhan
daerah berbatu dan Gunung Ciremai
|
Hutan
hujan pegunungan Jawa bagian Barat
|
|
Jawa
Tengah
|
13.
|
KR
Baturraden
|
142
|
Tumbuhan
pegunungan Jawa
|
Hutan
hujan pegunungan Jawa bagian Barat
|
14.
|
KR
Boyolali
|
8
|
|||
Jawa Timur
|
15.
|
KR
Purwodadi
|
85
|
Tumbuhan
dataran rendah beriklim kering
|
Hutan
hujan tropis dataran rendah
|
Bali
|
16.
|
KR Eka
Karya Bali
|
157,5
|
Tumbuhan
dataran tinggi kawasan Indonesia bagian Timur
|
Hutan
hujan tropis dataran tinggi
|
17.
|
KR
Jagatnatha, Jembrana
|
||||
Nusa
Tenggara Barat
|
18.
|
KR Lombok
|
130
|
Tumbuhan
Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda
Islands)
|
Hutan
gugur daun Kepulauan Sunda Kecil
|
Kalimantan
Barat
|
19.
|
KR Sambas
|
300
|
Tumbuhan
riparian Kalimantan
|
Hutan
hujan pamah Kalimantan
|
20.
|
KR Danau
Lait
|
328
|
Tumbuhan
kawasan equator
|
Hutan
hujan pamah Kalimantan
|
|
Kalimantan
Tengah
|
21.
|
KR
Katingan
|
127
|
Tumbuhan
buah Indonesia
|
Hutan
kerangas Kalimantan
|
Kalimantan
Selatan
|
22.
|
KR Banua
|
100
|
Tumbuhan
obat Kalimantan
|
Hutan
hujan pamah Kalimantan
|
Kalimantan
Timur
|
23.
|
KR
Balikpapan
|
309
|
Tumbuhan
kayu Indonesia
|
Hutan
kerangas Kalimantan
|
Sulawesi
Utara
|
24.
|
KR
Minahasa
|
186
|
Tumbuhan
dataran tinggi Wallacea
|
Hutan
hujan pegunungan Sulawesi
|
25.
|
KR Megawati
Soekarno Putri (di Ratatotok)
|
221
|
Tumbuhan
pamah kawasan Wallacea
|
Hutan
hujan pamah Sulawesi
|
|
Sulawesi
Tenggara
|
26.
|
KR Kendari
|
113
|
Tumbuhan
ultra basa
|
Hutan
hujan pamah Sulawesi
|
27.
|
KR di UHO
|
||||
Sulawesi
Selatan
|
28.
|
KR
Massenrempulu Enrekang
|
300
|
Tumbuhan
kawasan Wallacea
|
Hutan
hujan pamah Sulawesi
|
29.
|
KR Jompie
Parepare
|
13,5
|
Tumbuhan
kawasan pesisir Wallaceae
|
Hutan
hujan pamah Sulawesi
|
|
30.
|
KR Pucak
|
120
|
Tumbuhan
bernilai ekonomi
|
Hutan
hujan pamah Sulawesi
|
|
Papua
|
31.
|
KR Wamena
|
160
|
Tumbuhan
pegunungan tengah Papua
|
Hutan
pegunungan Papua bagian tengah
|
Sumber: Bidang Pengembangan
Kawasan Konservasi Tumbuhan Ex Situ,
PKT Kebun Raya – LIPI, 2015
Kebun Raya Kuningan, Jawa Barat
Taman Kuning, Kebun Raya Kuningan - Jawa Barat
(Ditulis dan diposting oleh: Saniyatun Mar'atus Solihah, Bidang PK2TE, PKT KR - LIPI)