PENGENALAN PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara (Pracaya, 1999).
Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung. Penyebabnya berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut (Pracaya, 1999).
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Semangun, 1994).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui berbagai penyebab penyakit pada tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu penyakit sistematik dan penyakit lokal. Penyakit sistematik adalah penyakit yang menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan menjadi sakit. Penyakit lokal adalah penyakit yang hanya tedapat disuatu tempat atau bagian tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar (Sunaryono, 1981).
Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya. Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit, dan faktor lingkungan. Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen. Patogen ada dua yaitu fisiopath yang bukan organisme dan parasit yang meruapakan organisme seperti jamur, bakteri, dan virus (Motoredjo, 1989). Fisiopath merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979). Cendawan yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus- menerus yang merugikan aktivitas tanaman disebut penyakit tanaman. Cendawan merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses fotosintesa, serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses fotosintesa. Cendawan dapat merusak akar, batang, daun, bunga dan buah, serta hasil tanaman di tempat penyimpanan (Tjahjadi, 1995).
Salah satu penyebab penyakit pada tanaman adalah jamur. Jamur masuk ke dalam divisio Thallopyhta, subdivisi fungi. Jamur adalah organisme yang tubuh vegetatifnya (struktur somatisnya) merupakan talus tidak mempunyai berkas pengangkutan. Struktur somatisnya biasanya berbentuk benang halus bercabang-cabang, mempunyai dinding sel yang tersusun oleh khitin, selulosa, serta mempunyai inti sejati. Patogen yang lainnya adalah virus dan bakteri. Bakteri patogen mempunyai penyebaran dari tanaman satu ke tanaman yang lain melalui air, serangga, hewan laindan manusia (Triharso, 1996). Menurut Donowidjojo dkk (1999), reproduksi jamur pada umumnya dengan pembentukan spora sebagai hasil dari proses reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Reproduksi aseksulal
Umumnya reproduksi seksual melibatkan beberapa metode dimana individu baru dapat diperbanyak dari induknya. Proses tersebut tidak melibatkan penyatuan inti, gamet atau gametogenium (sex organ). Reproduksi aseksual dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Fragmentasi yaitu proses pembelahan sel-sel pada miselium/hifa. Fragmen hifa dari jamur tertentu dalam sel-sel disebut oidium atau arthospora. Kadang-kadang pada sel-sel terminal atau interkalar dalam bangkakan hifa disebut klamidospora.
b. Fission dari talus uniseluler.
c. Budding yaitu reproduksi jamur secara aseksual dengan cara membentuk tunas/kuncup.
d. Spora aseksual pada suatu spesies berfungsi dalam perbanyakan/multiplikasi, perbanyakan, penyebaran, dan perthanan hidup. Terdapat dua kelompok besar spora aseksual yang dikenal yaitu:
Sporangiospora yaitu spora yang dihasilkan di dalam sporangium. Sporangiospora pada jamur tingkat rendah dapat motile (planospora) dan non motil (aplanospora).
Konidium. Ada dua tipe konidium yang dikenal yaitu thallospora dan konidiospora. Thallospora dibentukm dalam hifa dengan perkembangan sel-sel terminal atau interkalar. Thallospora terdiri dari dua yaitu oidium atau arthospora dan klamidosprora. Konidiospora dibentuk pada ujung hifa khusus disebut konidiofor. Konidium dan konidiofor dapat dikelompokkan dalam sporofor yang terdiri dari piknidium, aservulus, sporodosium, dan sinnema.
2. Reproduksi seksual
Reproduksi seksual pada jamur selalu melibatkan 2 inti haploid yang kompatibel. Dibagi ke dalam 3 fase yaitu:
a. Plasmogami yaitu percampuran antara 2 sel seksual. Plasmogami terdiri dari 5 tipe yaitu:
Kopulasi planogamet yaitu suatu cara reproduksi seksual dimana gamet yang motil bercampur. Kopulasi planogamet terdiri dari 3 tipe yaitu:
• Isogamet yaitu reproduksi secara seksual yang berlangsung dengan persatuan antara gamet jantan atau betina yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama
• Anisogamet yaitu reproduksi secara seksual yang berlangsung dengan persatuan antara gamet jantan dan betina yang mempunyai bentuk sama tetapi ukurannya berbeda
• Heterogamet yaitu reproduksi secara seksual yang berlangsung dengan persatuan antara gamet jantan dan betina yang sama sekali berbeda baik bentuk maupun ukurannya.
Kontak gametogonium yaitu suatu cara plasmogami dimana gamet kedua gametetangium diresedur menjadi protoplas dan hanya satu inti dari masing-masing yang berfungsi dalam kariogami.
Kopulasi gametangium yaitu suatu cara reproduksi seksual dimana terjadi percampuran yang menyeluruh dari gametangium.
Spermatisasi yaitu pemindahan spermatium atau mikrokonidium dari spermogonium kepada hifa reseptif. Spermogonium yaitu struktur yang menyerupai piknidium pada Uredinales. Hifa reseptif yaitu hifa yang dikhususkan untuk menerima spermatium sehingga terjadi spermatisasi.
Somatogami yaitu percampuran sel-sel somatik pada proses plasmogami menggantikan sel seksual.
b. Kariogami yaitu percampuran antara dua inti
Semua jamur tumbuhan menghabiskan hampir sebagian hidupnya pada tumbuhan inangnya dan sebagian di dalam tanah atau sisa tumbuhan di dalam tanah. Beberapa jamur melewati seluruh hidupnya pada inangnya dan mungkin hanya spora yang mendarat di tanah, tetapi spora tersebut tidak aktif sampai terbawa kembali ke inang tempat mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri. Bakteri penyebab penyakit tanaman merugikan tanaman dalam hal pengangkutan air, proses fotosintesa, pengangkutan zat makanan dan proses fisiologisnya. Bakteri dapat mengeluarkan enzim hipertropi yang akan mengakibatkan tanaman menderita paru (kanker atau bengkak) pada akar, batang, daun, dan buah (Tjahjadi, 1995).
III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop cahaya dan satu set perlengkapan menggambar.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah preparat awetan Puccinia graminis, P. arachidis, P. sorghii, Pyricularia sp, Ustilago zeae, Erysiphe sp, Venturia inaequalis, Fusarium sp, Cercospora sp, Phytophtora infestans, Plasmophora viticola dan Plasmodiophora brassicae.
B. Cara Kerja
1) Gejala penyakit pada tumbuhan / bagian yang sakit diamati dan digambar.
2) Diamati dan dicatat gejala penyakit yang ada.
3) Gejala yang sudah digambar dicocokkan dengan pustaka.
C. Lokasi dan Waktu
Praktikum pengenalan penyebab penyakit tanaman dilakukan di laboratorium Mikologi dan Fitopatologi Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto pada hari Selasa, 13 Oktober 2009.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Penyakit karat (rust) disebabkan oleh cendawan Puccinia graminis (karat pada daun serelia), P. arachidis (karat pada daun kacang tanah), dan P. shorgii (karat daun shorgum). gejala dari penyakit ini adalah terdapatnya bintil pada daun yang berwarna kuning kemerahan, seperti warna karat besi (Tjahjadi, 1995). Gejala pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul (pustules = sori), terutama pada daun. Bisul terbentuk pada kedua permukaan daun bagian atas dan bawah. Bisul dengan warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada saat terjadi penularan berat, daun menjadi kering. Pengendalian Penyakit karat dapat dikendalikan dengan cara:
• Penanaman varietas tahan (Arjuna, Bromo, Rama, C3, Pioneer-2, Pioneer- 3, CPI-2, Semar-1, Semar-2).
• Aplikasi fungisida pada saat mulai tampak bisul karat pada daun.
Penyakit karat pada kacang tanah disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis dikenal sejak tahun 1970, setelah banyak varietas introduksi dikenalkan di Indonesia (Somaatmadja, 1967). Patogen ini menyerang daun kacang tanah biasanya bersama-sama dengan penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Cercospora sp. dan akibat kedua penyakit ini, hasil tanaman kacang tanah menurun 27-38% (Sudjono, 1986). Pada umumnya varietas lokal kacang tanah sangat rentan terhadap penyakit ini. Gejala Penyakit karat cendawan Puccinia arachidis Speg. pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendaliannya dapat menggunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Sedangkan untuk pencegahan dapat menggunakan Natural GLIO pada awal tanam.
Penyakit yang disebabkan oleh Pucinia graminis disebut penyakit karat. Gejalanya ditunjukkan dengan adanya bercak-bercak seperti karat pada daun, pelepah dan baatng. Bercak-bercak berwarna kuning dilingkari warna merah di sebelah bawah permukaan daun yang sakit. Pucinia graminis mempunyai beberapa fase pertumbuhan meliputi fase piknium (0), fase aesium (I), fase uredium (II) dan fase telum (III). Piknium berbentuk botol atau cakra, badan buah ini sebagai pembawa alat kelamin jamur yaitu spermatium atau alat kelamin jantan dan hifa atau alat kelamin betina. Aesium berbentuk seperti mangkuk atau cawan yang menembus dinding epidermis daun. Uredium merupakan badan buah yang sel-selnya membentuk urediospora di bawah epidermis yang kemudian mendeasak epidermis hingga rusak. Telium adalah sekelompok sel berinti dua yang membentuk teiospora. Jamur ini menyebabkan penyakit karat pada daun serealia, misalnya gandum. Penyebaran spora secara jarak jauh misalnya dengan bantuan angin dapat terjadi karena jamur ini mempunyai spora yang tahan terhadap kekeringan dan sinar matahari yang disebut dengan urediospora. Penyebaran yang seperti itu menyebabkan penyakit yang kosmopolitis atau tersebar seluruh dunia (Semangun, 2001).
Puccinia arachidis menyebabkan penyakit karat pada daun kacang-kacangan. Gejala yang ditimbulkan adalah pada daun yang terserang akan muncul bintil-bintil yang berwarna kuning kemerahan seperti warna karat pada besi. Tanaman yang terserang berat akan mati dan terserang ringan hanya akan menurunkan produksi hingga 30-50% (Martoredjo, 1989).
Penyakitnya disebut karat daun pada sorghum. Gejalanya adalah bercak kuning pada daun. Puccinia sorghii membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan masa spora akan dibebaskan menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urodiospora yang masak akan berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk (Semangun, 2001).
Phyricularia sp menyebabkan penyakit bercak daun pada daun jagung. Gejala dapat ditunjukkan dari bercak coklat tua mengering. Bercak daun mempunyai tepi yang jelas, bergelang, berwarna coklat muda kekuningan, agak basah, lalu mengering menjadi berwarna coklat keputihan dan berbintik hitam. Serangan parah penyakit ini menyebabkan kerobohan tanaman (Semangun, 2001).
Ustilago zeae menyebabkan penyakit yang menyerang tanaman jagung terutama pada tongkolnya. Tongkol yang diserang kelihatannya membengkak ada yang kecil dan ada yang besar, mula-mula jamur ini berwarna keputihan sebab masih tertutup membran. Kemudian berubah menjadi lebih tua, ungu muda dan menyerang tongkol, daun, kuncup-kuncup buku pada batang, pada rangkaian bunga, dan bagian-bagian yang lain Pembengkakan telah masuk membran yang menutup menjadi kering dan pecah kemudian akan keluar spora berbentuk tepung kering yang hitam. Jamur ini biasanya menginfeksi pada tanaman jagung yang telah setinggi 30 cm-1,5 m dan tongkolnya baru keluar rumbai-rumbai (Pracaya, 1995).
Eryshipe sp menyebabkan penyakit bernama embun tepung kacang-kacangan. Gejalanya mula-mula pada permukaan atas daun terdapat bercak putih yang menutupi seluruh permukaan daun. Serangan parah menyebabkan daun layu dan rontok (Semangun, 2001). Penyakit ini menyerang pada waktu musim panas, jamur yang membentuk miselium tebal yang menutupi daun, batang, bunga dan buah. Penyakit ini juga menyebabkan tanaman gagal berbuah. Jamur tepung dapat disebabkan oleh angin (Pracaya, 1995).
Venturia ineaqualis menyebabkan penyakit kudis pada buah apel. Gejala yang umum dijumpai pada daun dan buah yaitu mula-mula adanya bintik-bintik hijau olive, lama kelamaan makin luas dan tertutup oleh lapisan berwarna coklat hitam yang merupakan kumpulan miselium dan konidium jamur penyebab penyakit (Sastrahidayat, 1996). Menurut Tjahjadi (1995) menyatakan bahwa bercak tembus pandang pada daun lama-kelamaan bercak tersebut menjadi bergabus. Warna mula-mula kuning bening kemudian menjadi coklat seperti kudis. Penyebaran spora oleh angin, serangga ataupun alat-alat pertanian.
Fusarium sp. menyebabkan penyakit layu pada tomat. Gejala yang ditimbulkannya patogen akan menyerang pembuluh xylem tanaman sehingga tanaman kehilangan turgor dan layu. Jika dibelah pembuluh di dalam berwarna coklat (Martoredjo, 1989). Jamur mengadakan infeksi melalui akar, terutama melalui luka-luka, atau melalui luka pada akar yang terjadi akibat munculnya akar lateral. Jamur memakai bermacam-macam luka untuk jalan infeksinya, misalnya luka karena pemindahan bibit, karena pembumbunan, atau luka karena serangga. Jamur dapat menginfeksi buah, sehingga terdapat kemungkinan bahwa jamur terbawa oleh biji. Jamur tersebar setempat-setempat karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air oleh alat pertanian (Semangun, 2001).
Penyakit layu Fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium. Layu Fusarium terjadi karena media tanaman terlalu masam dan basah/lembab berlebihan. Gejala serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sampai berubah menjadi coklat keabu-abuan, kemudian diikuti dengan menunduknya tangkai yang membusuk. Apabila perbatasan antara akar dan batang dipotong, maka akan terlihat cincin cokelat kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh (Emirgarden, 2008). Prawirodihardjo (1984), menambahkan adakalanya daun menguning dan tanaman kerdil. Apabila serangannya hebat warna daun menjadi coklat dan buahnya kecil-kecil.
Cercospora sp. menyebabkan penyakit bercak daun pada daun kacang tanah. Jamur ini membentuk konidium pada kedua sisi daun, walaupun lebih banyak pada sisi atas. Stroma kecil dengan garis tengah 25-100 µm, coklat tua. Konidiofor membentuk rumpun kecil, 5 sampai banyak berwarna cokelat kehijauan pucat atau coklat kekuningan, pangkalnya lebih gelap, mempunyai bengkokan seperti lutut, bersekat 15-45 x 3-6 µm. Serangannya disebut ’bercak daun awal’ (early leaf spot) (Semangun, 2001).
Penyakit bercak daun kacang tanah yang disebabkan oleh Cercospora ditandai dengan adanya bercak kecil berbentuk bulat kering. Bercak meluas sampai garis tengahnya ± 0.5 cm. pusat bercak berwarna pucat sampai putih. Daun menguning dan mudah gugur. Selain daun, penyakit ini menyerang juga batang-batang tangkai buah. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase yang baik, penyakit ini kurang berkembang. Penyakit ini, kadang-kadang menyerang persemaian (Dasperlintan, 2008). Phytophtora infestans menyebabkan penyakit hawar daun kentang, yaitu merupakan penyakit yang paling merusak tanaman kentang. Gejalanya daun yang sakit terlihat adanya bercak-bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas kebawah serta mematikan dalam waktu 1-4 hari jika udara lembab. Seluruh daun akan menghitam, layu dan menjalar ke seluruh batang. Sisi bawah daun kelihatan jamur kelabu yang terdiri dari konidiospora dengan konidianya. Umbinya juga dapat diserang sehingga menjadi busuk basah maupun busuk kering. Permukaan umbi terdapat bercak yang sedikit cekung sedalam 3-6 mm, warnanya coklat atau hitam keunguan dan bagian yang terserang penyakit relatif keras (Pracaya, 1995). Menurut Prawirodihardjo (1984), penyakit busuk pada kentang disebabkan oleh sejenis cendawan karat Phytophtora infestans. Daun bagian bawah terdapat bercak-bercak kelabu kekuningan dan bentuknya tidak teratur. Bercak tersebut lama-kelamaan menjadi kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus keputihan (kumpulan spora yang mudah berpindah ke tanaman lain). Bercak daun menyebar cepat ke bagian batang dan akar, dan tanaman akan segera mati. Umbi kentang yang sudah terkena serangan Phytophtora infestans akan mudah menulari umbi kentang yang lainnya sehingga kentang tersebut bila disimpan akan cepat membusuk sehingga tidak mungkin digunakan lagi dan apabila ditanam lagi, tunas yang tumbuh masih tetap membawa bibit penyakit sehingga dengan mudah menulari tanaman sekitarnya.
Plasmophora viticola menyebabkan penyakit embun tepung pada tanaman anggur. Jamur ini menyerang daun, tangkai daun, sulur, bunga, buah, tunas dan batang anggur. Gejala ditunjukan dengan permukaan bawah terdapat bercak putih susu dari bulu-bulu halus yang merupakan konidiospora dan spora. Bercak-bercak yang tua akan menjadi coklat karena matinya jaringan daun di kedua belah permukaan. Serangan hebat mengakibatkan tunas menjadi kerdil memilin dan selanjutnya daun juga menjadi kecil sehingga tunas mati. Bunga yang terserang maka akan mati, buah muda akan terhambat pertumbuhannya dan besarnya berkurang. Permukaan buah kelihatan ada jamur yang warnanya abu-abu, buah menjadi hitam kering dan keriput (Pracaya, 1995).
Penyakit embun tepung (powdery mildew) dapat disebabkan oleh Plasmophora viticola (embun tepung anggur), dan Erysiphe sp. (embun tepung kacang-kacangan). Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah dari tanaman. daun yang terserang kemudian menjadi kuning, coklat dan akhirnya mengering. Lama kelamaan daun akan terserang semua dan dapat mengakibatkan kematian pada tanaman. Cendawan berkecambah pada saat suhu rendah dan lembab, sedangkan pada cuaca panas, kering dan angin merupakan kondisi yang cocok untuk penyebaran spora ke tanaman inang lain (Tjahjadi, 1995).
Plasmodiphora brassicae menyebabkan penyakit akar pekuk kubis-kubisan. Penyakit pada suatu sistem perakaran dengan gejala akar-akarnya menjadi membesar dan menyatu seperti gada sehingga disebut akar gada atau setiap akar membentuk seperti jari kaki sehingga disebut juga penyakit jari kaki. Tanaman yang diserang akan menjadi kerdil dan warna daun menjadi abu-abu. Akar yang pernah terinfeksi jika terkena infeksi sekunder bisa menjadi busuk (Pracaya, 1995). Plasmodiophora brassicae merupakan cendawan patogenik dari kelas Plasmodiophoromycetes. Cendawan ini mempunyai nilai ekonomi yag penting karena penyebarannya yang dapat menyebabkan akar pekuk pada kubis. Siklus hidupnya diawali ketika germinasi kista. Tiap kista akan melepaskan zoospore yang dapat menginfeksi tanaman inang (Alexopoulus and Mims, 1979).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penyebab penyakit tanaman dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur.
2. Karat daun pada kacang-kacangan disebabkan oleh Puccinia arachidis. Karat daun pada serealia disebabkan oleh Puccinia graminis. Karat daun pada sorghum disebabkan oleh Puccinia sorghii. Embun tepung pada kacang-kacangan disebabkan oleh Eryshipe sp. Gosong pada jagung disebabkan oleh Ustilago zea. Bercak daun pada pisang disebabkan oleh Phyricularia sp. Kudis pada apel disebabkan oleh Venturia ineaqualis. Layu pada tanaman tomat disebabkan oleh Fusarium oxyporum. Bercak daun pada kacang-kacangan disebabkan oleh Cercospora sp. Embun tepung pada anggur disebabkan oleh Plasmophora viticola. Hawar pada daun kentang disebabkan oleh Phytophtora infestans Akar pekuk pada kubis-kubisan disebabkan oleh Plasmodiphora brassicae
DAFTAR REFERENSI
Alexopoulus, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third Edition. John Willey and Sons, New York.
Dasperlintan. 2008. Metode Pengamatan Opt Tanaman Sayuran.
Donowidjojo, S., H. A. Djatmiko dan N. Prihatiningsih. 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Emirgarden, 2008. Penyakit Tanaman Hias. http//www.balitdeptan.go.id.
Martoredjo, T. 1989. pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
_________. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prawirodihardjo, S. 1984. Mengenal Hama dan Penyakit Tanaman. CV. Indrapres, Yogyakakarta
Pyenson, L. 1979. Fundamental Of Entomology and Plant Patology. Avi Publishing Co. Wasport Press, Yogyakarta.
Sastrahidayat, I. R. 1996. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
_____________. 1994. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Somaatmadja, S. 1967. Pemuliaan Kacang Tanah. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor.
Sudjono, M.S. 1986. Pengaruh Penyakit Karat ( P. Arachis) dan Penyakit Bercak Daun ( Cercospora Sp.) Terhadap Hasil Kacang Tanah. Palawija 2:356-362. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung.
Sunaryono, H. 1981. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura. Sinar Baru, Bandung.
Tjahjadi, N. 1995. hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment